Selasa, 31 Agustus 2010

Askeb Pada Ibu Nifas Post Vakum Ekstraksi Indikasi Kala II Lama

TINJAUAN PUSTAKA

1 Batasan Batasan dari karya tulis dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Vakum Ekstraksi Indikasi Kala II lama adalah sebagai berikut :

1.1 Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan adalah Aktifitas atau intervensi yang dilakukan bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang KIA – KB (Depkes RI, 1993 : 3).

1.2 Nifas Nifas adalah masa sesudah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira – kira 6 minggu (Saifudin AB, 2001 : 122).

1.3 Vakum Ekstraksi Vakum Esktraksi adalah merupakan tindakan obstretic yang bertujuan mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi bayi, dibuat cengkraman dari aplikasi negative (vakum) (Saifudin AB, 2001 : 495).

1.4 Kala II Lama Kala II lama adalah persalinan dengan pembukaan seviks lengkap, ibu mengejan tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifudin AB, 2001 : 185).


2.2 Konsep Dasar Nifas

2.1 Pengertian Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira – kira 6 minggu (Saifudin AB, 2001 : 122).

2.2 Tujuan Asuhan Nifas Tujuan asuhan nifas antara lain : menjaga kesehatan ibu dan anak baik fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi masalah, mengobatai, merujuk bila terjadi komplikasi, memberi penyluhan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, perawatan bayi sehat (Saifudin AB, 2001 : 122).

2.3 Asuhan Nifas Pada 6 Hari Post Vakum Memastikan involusi uterus berjalan normal, kontaksi, fundus uteri dibawah umbiculus, tidk ada pendarahan, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda fibris, infeksi, memastikan klien mendapatkan cukup cairan dan istirahat, memastikan klien mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan klien menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda komplikasi, memberikan conseling pada klien mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Saifudin AB, 2001 : 122).

2.4 Perubahan yang terjadi pada Ibu Nifas

2.4.1 Perubahan Fisik 1. Umum a. Involusi Involusi adalah perubahan dalam prose kembalinya alat-alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Involusi terjadi karena :

(1) Autolysis Yaitu penghancuran jaringan alat-alat uterus yang di absorbsi dankemudian dibuang melalui ginjal , sehingga setelah melahirkan ibu sering miksi.

(2) Aktifitas otot – otot Yaitu kontraksi dan retraksi setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan placenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak keluar.

(3) Ischenemia Disebut juga local anemia yaitu kekurangan aliran darah ke uterus yang mengakibatkan jaringan otot mengalami atropi. Ketiga Faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga memberikan dampak terhadap perubahan uterus kandung kemih ovarium, vagina, serviks dan dinding abdeomen (Ibrahim Cristina S, 1996 : 12).

Proses involusi secara normal dapat dilihat pada table berikut : Involusi Tinggi fundus uteri Berat Uterus Bayi baru lahir Uri lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu Setinggi pusat 2 jari bawah pusat Pertengahan pusat syphisis Tidak teraba di atas syphisis Bertambah kecil Sebesar normal 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram Sumber : Synopsis Obstetri Jilid I, 1998 : 115). Bekas implantasi uri placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke 6 diameter 2,4 cm dan akhirnya pulih luka pada jalan lahir, bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. a. Lochia Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam – macam Lochia , yaitu : (1) Lochia Rubra (cruentra) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban sel-sel desi dua, vernix kaseosa, lanugo dan mekono\um selama dua hari pesca persalinan. (2) Lochia Sanguinnolenta : warna merah, kuning berisi darah dan lender, terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan. (3) Lochia Serosa : warna kuning kecoklatan hari ke 7-14. (4) Lochia Alba : warna keputihan 14 hari. (5) Lochia Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. (6) Lhociostatis: lochia keluarnya tidak lancar. (Muchtar Rustam, 1998 : 116). b. Ligaman – Ligaman Ligaman fasia dan diafragma pelvis yang meregang waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsunr menjadi kecil dan pulih. Sehingga tidak jarang uterus jauh kebelakang dan menjadi fleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor setelah persalinan. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan dan gimnasik pasca persalinan. c. Lactasi Untuk menghadapi masa lactasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan – perubahan pada kelenjar mammae, yaitu : (1) Proliferensi jaringan pada kelenjar aviola dan jaringan lemak berambah. (2) Keluarnya cairan susu jolong dari duktus lactifecus disebut kolostrum warna putih kuning susu. (3) Hypervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena kondiolatasi tampak jelas. (4) Setelah persalinan pengaruh sopresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone lactogenis (LH) atau prolaktatin. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, bermbah banyak sesudah 2-3 hari pac\sca persalinan. Bila bayi mulai menetek, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris, menyebabkan oksitisin dikeluarkan oleh hypophisis, produksi akan lebih sempurna disamping ASI merupakan makanan utama untuk bayi yang baik. d. Perubahan pada organ lain (1) Perubahan pada pembuluh darah rahim, Yaitu dimana dalam kehamilan uterus mempunyai lebih banyak pembuluh darah yang besar, tetapi setelah persalinan tidak diperlukan lagi, maka pembuluh darah mengecil dengan sendirinya. (2) Perubahan pada serviks dan vagina, Yaitu setelah selesai kala II persalinan, serviks dan segmen bawah uteri menjadi tipis, kolaps dan kendor. Lama-lama mulut servix mengecil dan hanya bisa dilalui 2 jari saja. Pinggirnya tidak rata akibat robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui 1 jari saja, lingkaran intrasi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikalis. Vagina pada akhir minggu ke – 3 ukuran normal yaitu rugai mulai tampak kembali. (3) Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen, Yaitu setelah persalian dinding perut longgar karena adanya regangan maka dalam 6 minggu akan pulih kembali. (4) Perubahan pada saluran kencing, yaitu perubahan yang terjadi akibat kandung kencing yang bertambah besar dan relative selama masa nifas maka akan menjadi penuh atau sesudah kencing masih ada urine rasional. Akhirnya mengalami dilatasi urether dalam waktu 2 minggu norma kembali (Ibrahim CH. S. ,1996 : 34). 2.2.4.2 Perubahan Psikologi Masa transisi pada post partum yang diperhatikan adalah : 1. Phase Honey Moon Adalah phase anak lahir dimana terjadi intimasi dua kontak yang lama antara ibu dan ayah anak, masing – masing saling memperhatikan anaknya dan emnciptakan hubungan baru. 2. Bonding and Attachement (ikatan kasih sayang) Terjadi pasa kala IV, kontak antara ayah dan ibu tetap dalam ikatan kasih, peran suami ikut berpartisipasi dalam proses persalinan. Dalam Nifas terbagi 3 phase, yaitu : a. Phase taking in Yaitu perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya mengkin pasif dan tergantung berlangsung selama 1 – 2 hari, ibu tidak ingin kontak dengan bayinya tapi bukan berarti tidak memperhatikan hanya informasi saja yang dibutuhkan. b. Phase taking hold Ibu berusaha mandiri dan inisiatif untuk mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya buang air besar dan kecil , duduk, jalan dan merawat bayinya sendiri, timbul kuran percaya diri untuk melakukan perawatan ini sampai 10 hari lamanya. c. Phase letting go Ibu merasa terpisah dari bayinya dan mendapat peran baru. Maka dapat menyesuaikan diri dengan kemandiriannya dalam hubungan keluarganya sedangkan yang dimaksud post partum blues adalah masa nifas ibu yang mengalami kekecewaan sehingga mengganggu nafsu makan dan pola tidur. (Hamilton PM, 1995 : 293). 2.2.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Pola istirahat Anjurkan ibu intuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat dapat mengurangi produksi asi , memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya (Saifudin AB, 2002 : N – 25). b. Pola nutrisi dan gizi (1) Mengkonsumsi tambahan sebesar 500 kalori per hari. (2) Makan dengan diet berimbang agar protein, mineral dan vitamin terpenuhi. (3) Minum air putih 3 liter per hari. (4) Pil zat besi, untuk menambah kekurangan selama proses persalinan selama 40 hari pasca persalinan. (5) Minum kapsul vit A (200.000 unit) untuk bayi melalui asi nya (Saifudin AB dkk, N : 25). c. Pola Miksi dan Defikasi Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh baju, alas tempat tidup dan lingkungan terutama daerah genetalia untuk mencegah infeksi pada bekas episotomi dan jalan lahir, kebersihan mammae penting agar terhindar dari iritasi (Depkes RI, 1998 : 90). d. Pola latihan Diskusikan dan latihan senam untuk mengembalikan otot – otot perut dan panggul untuk mengurangi rasa sakit pada punggung. (Saifudin AB, 2001 : 127). 2.2.6 Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas 1. Genitalia interna dan eksterna 2. Suhu badan pasca persalinan 3. Nadi 4. Hemokonsentrasi 5. Laktasi 6. Mulas 7. Serviks, uterus dan adneksa 8. Lokia 9. Miksi 10. Defekasi 11. Latihan senam 1. Genitalia Interna dan Eksterna Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi. o Fundus uteri  Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.  Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.  Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat pada hari ke-5.  Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari. o Bekas implantasi plasenta  Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter 7,5 cm.  Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.  Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu  Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu. o Berat uterus  Berat uterus normal kira-kira 30 gram.  Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.  Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.  Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.  Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan o Pembukaan serviks  Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak.  Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera setelah melahirkan.  2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan.  1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 1 minggu. o Endometrium  Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. o Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina  Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.  Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca persalinan harus dilakukan latihan senam.  Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.  Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira-kira setelah 3 minggu. o Luka dan infeksi  Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.  Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat menimbulkan sepsis. 2. Suhu Badan Pasca Persalinan  Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi tidak lebih dari 39 derajat selsius.  Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama melahirkan.  Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi. 3. Nadi  Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.  Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.  Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung.  Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu badan. 4. Hemokonsentrasi  Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan. 5. Laktasi Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah : 1. Puting rata – Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu. – Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik. 2. Puting lecet – Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. – Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. – Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa. 3. Payudara bengkak – Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. – Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik. 4. Mastitis – Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. – Penatalaksanaan dengan kompres hangat / dingin, pemberian antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan. 5. Abses payudara – Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan antibiotik dan analgesik. 6. Bayi tidak suka menyusui – Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui diselang-seling dengan susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk. – Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara. – Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. – Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun. 6. Mulas  Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara.  Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum uteri.  Pasien dapat diberikan analgesik atau seedatif. Serviks, uterus dan adneksa  Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya karena involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk menghentikan perdarahan .  Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke arah keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi.  Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat juga dengan bedah beku. 7. Lokia  Lokia adalah sekret dari kavum uteri dann vagina dalam masa nifas.  Hari pertama dan kedua terdapat lokia ruubra atau lokia kruenta, terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Hari berikutnya keluar lokia sanguinolennta berupa darah bercampur lendir.  Setelah 1 minggu, keluar lokia serosa beerwarna kuning dan tidak mengandung darah.  Setelah 2 minggu, keluar lokia alba yangg hanya berupa cairan putih.  Biasanya lokia berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi. 8. Miksi  Miksi harus secepatnya dilakukan sendirii.  Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan kateterisasi.  Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.  Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi. 9. Defekasi  Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.  Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin terjadi febris.  Lakukan klisma atau berikan laksan perorral.  Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi. 10. Latihan senam  Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :  Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.  Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.  Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi.  Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit. Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot sfingter ani dan adanya fluor albus. Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan eklampsia puerpurale. 2.3 Konsep Dasar Vakum Ekstraksi 2.3.1 Pengertian Vakum eksraksi adalah suatu alat untuk persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative (vakum) pada kepalanya (Wignyo H, 2000 : 8). Vakum Ekstraksi merupakan tindakan obtretric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi dibuat cengkeraman dari aplikasi tenaga negative )vakum). )Saifudin AB, 2001 : 495). 2.3.2 Tujuan Tujuan Persalinan Vakum Ekstraksi untuk mempercepat kala pengeluaran pada letak kepala. (Saifudin AB , 2001 : 495). 2.3.3 Indikasi dan Kontra indikasi 1. Indikasi untuk dilakukan vakum ekstraksi adalah kala II lama dengan presentasi belakang kepala atau verteks. 2. Kontra indikasi vakum ekstraksi adalah mal presentasi (dahi, pncak kepala, muka, bokong) dan panggul sempit atau disproporsi kepala panggul.)Saifudin AB, 2001 : 495). 2.3.4 Komplikasi Vakum Ekstraksi 1. Pada Ibu : pendarahan, trauma jalan lahir dan infeks. 2. Pada janin, ekskloriasi kepala, chepal haematon, subgaleal hematoma. Bagi janin yang belum mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (Wiknyosastro H, 2000 : 87). 2.3.5 Syarat khusus 1. Pembukaan lengkap / hamper lengkap 2. Presentasi kepala 3. Cukup bulan 4. Tidak kesmpitan panggul 5. anak hidup dan tidak ada gawat janin 6. Penurunan Hodge II/III+ (puskesmas Hodge IV) 7. Kontraksi baik 8. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan. (Saifudin AB, 2001 : 496). 2.4 Konsep Dasar Kala II lama 2.4.1 Pengertian Kala II lama atau persalinan dimana pembukaan serviks lengkap ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifudin AB, 2001 : 185). 2.4.2 Penyebab kala II lama 1. Kelainan letak janin 2. Kelainan – kelainan panggul 3. Kelainan his 4. Pimpinan partus uang salah 5. Janin besar atau kelainan congenental 6. Primitua 7. Perut gantung, grandemulti 8. Ketuban pecah dini 2.4.3 Gejala 1. Pada ibu , Yaitu : gelisah, letih suhu badan naik (febris) berkeringat, nadi cepat dan meteorisme, adanya lingkaran bandi, oedema vulva, oedema serviks, cairan ketuban berbau. 2. Pada janin Denyut jantung janin cepat , tidak teratur dan negative, air ketuban mekonium, kental kehijauan dan berbau, kaput succedaneum, moulage kepala yang hebat, kematian janin dalam kandungan, kematian janin intra portal. 2.4.4 Penangan Kala II lama 1. Partus spontan 2. Vakum Ekstraksi 3. Forceps ekstraksi 4. Manual aid pada letak sungsang 5. Embriotomi bila janin mati 6. Seksio sesaria 2.5 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Partum Ekstraksi Indikasi Kala II Lama Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh Bidan kepada kliennya yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang KIA / KB (Depkes RI, 1993 : 3). 2.5.1 Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan, yang terdiri dari : o Phase pengumpulan data o Phase pengolahan data o Phase analisa data 2.5.1.1 Data Subyektif Data subyektif adalah data yang diperoleh hanya melalui klien, semua data yang dirasakan dan disampaikan klien kepada bidan (Depkes, RI, 1993 : 126) melalui : – Anamnesa / wawancara Anamnesa adalah Tanya jawab antara penderita dengan petugas perawatan tentang sesuatu yang diperlukan (Christina, 1993 : 83). Tujuannya untuk mengetahui bagaimana keadaan penderita untuk membantu menetapkan diagnosa dan dapat mengambil tindakan segera. Pertanyaan – pertanyaan dalam anamnesa Anamnesa Rasional 1. Anamnesa umum (biodata) Biodata yang ditanyakan adalah biodata ibu hamil dan suaminya. Teridiri dari nama, umur, suku/bangsa, agama, alamat, pekrjaan dan lain-lain. 2. Penyakit yang pernah dan sedang diderita, misalnya jantung, hipertensi, diabetes mellitus, tuberculosis, penyakit cronik lainnya. 3. Anamnesa keluarga apakah dari keluarga klien ada yang memderita penyakit keturunan misalnya : jiwa, diabetes mellitus, haemophili, melahirkan anak kembar. 4. Anamnesa kebidanan terdiri dari riwayat kehamilan ini, persalinan lalu, keluhan hari pertama haid dan keadaan nifas uang lalu. 1. Dapat mengenal atau memanggil penderita dan tidak keliru dengan penderita lain (Christina S, 1993 : 84). 2. Mengganggu kehamilan secara langsung atau tidak (Christina S, 1993 : 86). Kemungkinan ada pengaruh keturunan pada janin (Christina , S , 1993 : 86). 4. Dapat membantu membuat ramalan tentang kehamilan sekarang untuk membantu diagnosa, lamanya kehamilan, serta menduga kapankah kira-kira anak akan dilahirkan (Christina,S, 1993 : 86). Pertanyaan pada saat anamnesa, meliputi : 1. Alasan kunjungan saat ini : Kunjungan pertama, kunjungan ulang, kunjungan rutin dan keluhan. 2. Keluhan utama : berisikan keluhan-keluhan yang dirasakan yang menyebabkan gangguan pada dirinya sehingga dia dating ke pelayanan kesehatan. 3. Riwayat kehamilan ini : berisikan riwayat menstruasi, yang perlu diketahui adalah sbb. : menarche, HPHT, pasti / tidak, lamanaya, banyaknya, warnanya, baunya, siklus, haid teratur tidaknya, apakah pernah keputihan banyak atau sedikit. Bagaimana warnanya bau atau tidak. 4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilan dan persalinan meliputi : apakah pernah hamil, melahirkan, kapan melahirkan, dimana melahirkan, ditolong siapa, bagaimana proses persalinanya, apabila klien pernah abortus berapa kali dikiret atau tidak. Riwayat nifas mencakup penyakit pendarahan (Christina S, 1993 : 87). 5. Riwayat kesehatan klien dan keluarga Apakah klien pernah atau sedang menderita penyakit yang dapat mengganggu kehamilan dan persalinannya. Atau Kehamilan dan persalinannya akan memperberat penyakitnya. Misalnya : Riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita yaitu jantung, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, anemia berat, penyakit kelamin, HIV, campak, malaria, TBC, gangguan mental, operasi dan lain-lain. • Pola kehidupan sehari – hari • Pola nutrisi : perubahan makanan yang dialami (ngidam, nafsu makan berubah). • Pola eleminasi : perubahan pada waktu BAB / BAK • Pola istirahat : waktu istirahat dan tidur harus lebih dari biasanya. 10-11 jam per hari. • Pola aktifitas : bekerja boleh ringan tidak melelahkan ibu yang tidak mengganggu kehamilannya. Misalnya : masak, menyapu dll. • Pola aktifitas sekesual : aktifitas seksual pada akhir kehamilan dan terakhir dilakukan sebelum impartu. • Pola kebiasaan : perilaku kesehatan, pengguna obat-obatan, alcohol, jamu-jamu, merokok, makan sirih dll. 2.5.1.2 Data Obyektif Data obyektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan klien, mencakup kegiatan : pemeriksaan fisik, laboratorium, obstetric, panggul dan pemeriksaan dalam. • Pemeriksan umum : pemeriksaan lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan atau kelainan dari penderita (Christina S. 1993 : 90). • Pemeriksaan fisik : meliputi ispeksi, palpasi, auskultasi. • Muka : kelopak mata, konjungtiva • Mulut dan gigi • Kelenjar tiroid : pembesaran kelenjar • Kelenjar getah bening : pembesaran • Dada : jantung, paru-paru, payudara (pembesaran, putting susu, semetris, benjolan/tumor, rasa nyeri dll. • Abdomen : bekas operasi, kontraksi uterus, frekuensinya. • Genetalia : vulva vagina, warna, kebersihan, varises, odema, keluaran,. • Anus : hemaroid • Ektrimitas : atas odem, bawah odem. 2.5.2 Diagnosa Kebidanan dan Masalah Kebidanan Diagnosa Kebidanan adalah masalah kesehatan klien dan anak yang memerlukan tindakan bidan sesuai dengan kewenangannya, sedangkan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus didasarkan pada besarnya ancaman keselamatan klien. Diagnosa / masalah yang mungkin timbul, yaitu : NO DATA DASAR DIAGNOSA / MASALAH 1. DS : 1. Klien mengatakan telah melahirkan anak ke 2 Dengan di vakum / kop pada jam 23.00 Tanggal 3/12/2008. 2. Kliem Mengatakan sebelum di kop bayi lama tidak lahir. DO : 1. TFU : 2 jari bawah pusat 2. Adanya kontraksi uterus 3. Adanya Lochia 4. Adanya luka jahitan pirenium P2002 post vakum ekstraksi indikasi kala II lama riwayat persalinan yang lalu sc, hari ke -1. 2. DS : Klien mengatakan luka jahitan pirenium sakit. DO : Klien kesakitan wajahnya menyeringai , jika miring atau pindah posisi. Geraknya terbatas karena ada luka jahitan pirenium. 3. DS : Klien mengatakan perutnya mules. DO : Kontraksi uterus keras., TFU : 3 jari bawah pusat. Nyeri rahim karena involusi 4 DS : Klien mengatakan bahwa luka jahitan pirenium nyeri DO : adanya luka jahitan, klien kesakitan, menyeringai bila ubah posisi tidur. Nyeri pada luka jahitan pirenium 2.5.3 Antisipasi Masalah Potensial Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera di tangani dapat mengancam keselamata klien (Depkes, RI, 1996 : 6). NO. DS / DO Data Dasar Masalah Potensial 1. DS DO 1.– Klien mengatakan habis vakum mengeluarkan banyak darah. 2.– Klien mengeluh pusing dan lemah. 1._Kontraksi uterus lembek. 2._ Jumlah pendarahan > 500 cc. Pendarahan karena atonia uteri 2 DS DO Klien mengatakan melem meneteki bayinya, bayinya terpisah ada di ruang neonatus. Kolustrum sudah keluar belum, nyeri panas, keras. Suhu : >37,5 C 3 DS DO Ibu mengatakan badannya terasa panas. Suhu >38 C, luka jahitan masih basah. Teradi infeksi nifas 2.5.4 Identifikasi Kebutuhan Segera Adanya kesinambungan proses penatalaksanaan antara ibu bayi dengan bidan, tindakan segera yang mungkin dilakukan tidak ada. 2.5.5 Perencanaan Perencanaan adalah tindakan bidan sebagai lanjutan diagnosa kebidanan yang penyusunannya disesuaikan dengan prioritas masalah yang dihadapi. Diagnosa : P 2002 Post Vakum ekstraksi indikasi kala II lama riwayat persalinan yang lalu SC,hari ke :1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 6 – 7 hari post vakum tidak terjadi komplikasi nifas. Kriteria : 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal : T : 100/60 – 120/80 RR : 16 – 20 x/m N : 76 – 88 x/m S : 36 – 37 C 2. TFU : setinggi pusat atau 1 jari dibawah pusat (hari Ke-1) Hari ke-3 : 3 jari bawah pusat Hari ke 4-5 : 4 jari bawah pusat Hri ke-7 : : kira-kira pertengahan shimpisis pusat 3. Bau lochia normal atau tidak busuk 4. Tidak ada tanda-tanda infeksi luka jahitan pirenium (rubon-kalor-tumor-dolor, fungsio laesa) Intervensi Rasional 1. Lakukan pendekatan pada klien dan jelaskan keadaannya saat ini. 2. Ajarkan klien didalam melakukan mobilisasi. 3. Lakukan perawatan luka jahitan 4. Ajarkan klien melakukan vulva hygiene. 5. Berikan Diet TKTP 1. Menjalin hubungan yang baik 2. Membantu dalam perlemasan otot-otot untuk memperlancar sirkulasi darah dan mempercepat proses involusi. 3. Preventef tehadap infeksi. 4. Daerah kotor merupakan sumber inveksi. 5. Protein sebagai bahan pembangun sehingga mempercepat penyembuhan luka dan kalori sebagai sumber tenaga. 6. Lakukan observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam : Lochia, kontraksi uterus, TFU serta luka jahitan pirenium. 6. Deteksi dini adanya kelainan sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya. 7. Lakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat. 7. Sebagai fungsi dependen, obat berfungsi dalam proses penyembuhan. Masalah : Geraknya terbatas karena nyeri luka jahitan pirenium Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan klien dadat melakukan aktifitasnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kriteria : 1. Klien dapat duduk meneteki bayinya 2. Klien dapat melakukan aktifitas tanpa bantuan orang lain Intervensi Rasional (1) Jelaskan pada klien fungsi mobilisasi. (2) Ajarkan cara mobilisasi (3) Berikan diet TKTP (1) Dapat termotivasi melakukan mobilisasi (2) Percepat sembuh (3) Daya tahan meningkat. Masalah : Nyeri rahin karena involusi (mules) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 2 – 4 hari rasa nyeri hilang. Kriteria : 1. After pain atau mules – mules hilang. 2. Lochia rubra, tidak ada fluxus aktif. Intervensi Rasional (a) Jelaskan apa penyebab mules (a) Kooperatif dg tindakan yang diberikan petugas. (b) Ajarkan mobilisasi (b) Bantu pelemasan otot, memperlancar sirkulasi dan percepat proses involusi. (c) Lakukan observasi lochia, TFU (c) Deteksi dini adanya kelainan. Masalah : Nyeri pada luka jahitan pirenium Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 3 hari diharapkan nyeri berkurang. Kriteria : 1. Klien mengatakan nyeri berkurang 2. Wajah klien tidak menyeringai, tidak mengeluh sakit. 3. Klien bisa melakuakn aktifitas sendiri. Intervensi Rasional 1. Menjelaskan pada klien penyebab dan cara mengatasi nyeri. 2. Lakukan observasi tanda-tanda infeksi pada luka pirenium. 1. Kooperatif dengan tindakan yang diberikan. 2. Luka merupakan tempat masuknya kuman, hasil observasi menentukan langkah sekanjutnya. 3. Lakukan perawatan luka pirenium dengan prosedur aseptic. 3. Preventif terhadap infeksi. 4. Lakukan mobilisasi 4. Perlemasan otot akan membantu proses penyembuhan. 5. Bimbing untuk melakuakan rileksasi. 5. Relaksasi memudahkan otot bekerja sehingga rasa nyeri berkurang. 6. Lakukan kolaborasi tentang pemberian analgetika. 6. Sebagai fungsi dependen, obat analgetika mengurangi rasa nyeri. Masalah Potensial a. Pendarahan karena atonia uteri Tujuan : Tidak terjadi atonia uteri sehingga dapat menimbulkan pendarahan pada 24 jam post partum. Kriteria hasil : • TFU sesuai yaitu 1-2 hari dibawah pusat selama 24 jam pertama. • Kontraksi uterus baik. • Kandung kencing kosong. • Tidak ada pendarahan aktif pada 24 jam pertama post partum. • Tanda – tanda vital dalam batas. Intervensi Rasional 1. Diskusikan dengan klien kemungkinan terjadi pendarahan pada masa nifas. 1. Pengetahuan yang memadai menimbulkan sikap kooperatif. 2. Observasi TFU, kontraksi uterus, keadaan kandung kencing, pengeluaran lochia. 2. Kontraksi uterus lembek, merupakan tanda-tanda atonia uteri dan sebagai penyebab pendarahan post partum. 3. Ajarkan menilai kondisi uterus dan lochia 3. Pengetahuan yang cukup dapat membantu mengatasi masalahnya sendiri. 4. Observasi tanda-tanda vital atau keadaan umum setiap 4 jam sekali setiap ada keluhan klien. 4. Dapat segera mengambil tindakan jika terjadi kegawat daruratan. b. Terjadi infeksi nifas Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam 6-7 hari, tidak terjadi infeksi nifas. Kriteria hasil : • Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 – 37,5 C • Tidak ada tanda-tanda infksi. • Tidak ada sub involusi. Intervensi Rasional 1. Lakukan teknik septic dan antiseptic dalam tindakan perawatan pirenium 1. Tindakan antiseptic dapat mencegah kontaminasi kuman. 2. Ajarkan pada klien cara vulva higine yang benar. 2. Pengertian yang baik akan memudahkan kooperatif dalam pencegahan infeksi. c. Terjadinya bendungan ASI Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada hari ke -3 tidak terjadi bendungan ASI. Kriteria hasil : • Tidak ada tanda – tanda bendungan ASI (tegang atu nyeri tekan). • Pengeluaran ASI lancer. Intervensi Rasional 1. Diskusi tentang kemungkinan timbulnya bendungan ASI. 2. Bimbing klien melakukan perawatan payudara sebelum mandi. 1. Perawatan payudara secara teratur proses laktasi lancar. 2. Bayi menetek merangsang pengeluaran oksitosin yang akan berpengaruh terhadap pengeluaran ASI. 3. Tetekan bayi segera dan sering. 3. Tidak terjadi penumpukan ASI dalam payudara sehingga tidak terjadi bendungan ASI. 4. Lakukan observasi tanda adanya bendungan asi. 4. Bendugan asi dapat terdeteksi sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya. 5. Gunaka BH yang menyokong payudara. 5. Dapat menyangga payudara sehingga tidak nyeri. 2.5.6 Pelaksanaan Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan dilakukan oleh Bidan berdasarkan rencana yindakan yang telah ditetapkan. Padal langkah ini Bidan dituntut melakukan langkah mandiri, tetapi bila diperlukan sewaktu-waktu bidan harus melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain : dokter, ahli gizi (Depkes RI, 1996 : 8). 2.5.7 Evaluasi Evaluasi adalah alat ukur keberhasilan asuhan kebidanan yang telah ditertapkan dalam rencana tindakan. Berdasarkan evaluasi, langkah selanjutnya adalah membuat catan perkembangan yang mencakup SOAPIE, yaitu : 2.5.7.1 Subyek Klien mengatakan telah mengerti penjelasan petugas, menerapkan anjuran petugas sehingga nyeri berkurang dan merawat payudara serta melaksanakan vulva hygiene dengan benar. 2.5.7.2 Obyektif Keadaan umum Baik, tidak pucat, tanda vital dalam batas normal tekanan darah systole 100-140 mmHg, diastole 60-90 mm Hg, Suhu 36-37 C, nadi antara 76-88 kali / menit., pernafasan 16-20 kali / menit, payudara tidak tegang dan tidak nyeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar